Perjuangan Warga Perbatasan Kaltara dalam Penuhi Kebutuhan Pokok

TeropongKaltara.com, KALTARA– Sungguh miris perjuangan warga perbatasan wilayah Provinsi Kalimantan Utara (Kaltara) dalam memenuhi kebutuhan pokok untuk hidup sehari-hari. Pasalnya, jalur atau ruas badan jalan yang sangat diandalkan untuk mendapatkan kebutuhan itu sangat memprihatinkan, bahkan nyaris tidak dapat dilewati karena rusak parah.

Puluhan bahkan ratusan masyarakat di perbatasan Kaltara itu masih terus dan terus menghadapi kesulitan dalam memenuhi kebutuhan perut dan lainnya. Akses transportasi yang terbatas dan infrastruktur yang buruk menjadi tantangan utama, terutama bagi masyarakat di empat kecamatan.

Seperti Kecamatan Sungai Boh (Mahak Baru), Kecamatan Kayan Selatan (Long Ampung), Kecamatan Kayan Hulu (Long Nawang) dan Kecamatan Kayan Hilir (Data Dian).

Untuk mendapatkan sembilan bahan pokok (sembako), warga harus menempuh jalur darat dari Kaltara menuju Mahakam Ulu (Mahulu), Kalimantan Timur (Kaltim). Namun, perjalanan ini kerap terkendala jalan rusak parah, sehingga bisa memakan waktu hingga berminggu-minggu.

ANTRE : Beberapa unit kendaraan pengangkut kebutuhan pangan dan lainnya mengantre menunggu giliran dan perlahan agar bisa melewati kerusakan demi kerusakan jalan yang ‘menghiasi’ perbatasan Provinsi Kalimantan Utara (Kaltara) – Kalimantan Timur (Kaltim). (foto: warga perbatasan)

Sudah dipastikan gegara tidak beresnya jalur transportasi itu membuat harga-harga barang keperluan, baik sandang maupun pangan menjadi melonjak naik, bahkan membuat masyarakat hampir tidak mampu membeli.

“Lonjakan harga dan sangat sulit distribusinya,” ungkap salah seorang warga Apau Kayan yang mengaku kesal dengan situasi dan kondisi Infrastruktur badan jalan yang rusak parah belum mendapat perhatian  dengan maksimal oleh pemerintah.

Disebutkan warga lainnya, bahwa harga kebutuhan pokok sering melonjak tinggi dan tidak terkendali akibat akses jalan yang buruk dan sangat menyulitkan.

“Hanya ada satu jalur yang menghubungkan Kaltara ke Mahulu (Kaltim) untuk mengambil sembako dan kebutuhan lainnya,” timpal warga  yang mengaku sangat kesal dengan keberadaan jalan.

Bahkan ada yang menyebutkan, kalau jalan yang dilewati itu bukan sawah yang tanahnya harus ‘dibajak’ atau digemburkan untuk bercocok tanam.

JEMBATAN DARURAT : Perjuangan pengemudi mobil pengangkut kebutuhan masyarakat di kawasan Kecamatan Sungai Boh (Mahak Baru), Kecamatan Kayan Selatan (Long Ampung), Kecamatan Kayan Hulu (Long Nawang) dan Kecamatan Kayan Hilir (Data Dian), berhati-hati agar selamat tiba di tujuan untuk memenuhi kebutuhan ratusan masyarakat. (foto: warga perbatasan)

“Jika jalan dalam kondisi baik, perjalanan bisa ditempuh dalam lima jam, namun saat ini butuh berminggu-minggu, karena jalan rusak. Akibatnya, kendaraan pengangkut sembako sering kehabisan stok di perjalanan. Ini yang membuat warga semakin kesulitan mendapatkan bahan pangan,” tambah warga lainnya.

Warga juga mengungkapkan, sebenarnya ada saja jalur atau jalan lain yang terbilang lebih mudah, yaitu melalui wilayah Malaysia. Tetapi, daerah milik negara tetangga itu sekarang ini aksesnya ditutup  karena harus  ada surat ijin untuk melewati antar negara itu, yakni dari Malaysia ke Indonesia jika membawa barang seperti sembako atau bahan bakar minyak(BBM) dan lainnya.

Masyarakat menjelaskan, transportasi yang memprihatinkan itu hingga saat ini (2025) belum ada perubahan. Kendaraan-kendaraan dari wilayah Kaltara ke Mahulu sekarang ini harus diangkut menggunakan long boat dari kilometer 122 perbatasan Kaltara. Ini diakibatkan jalan yang rusak parah ditambah dengan banyaknya jembatan yang putus.

Tidak hanya kendaraan pengangkut barang, angkutan umum seperti taksi dan mobil penumpang juga harus berjuang melewati medan berlumpur.

Dalam kondisi tertentu, perjalanan bisa terhenti berminggu-minggu, bahkan menyebabkan stok bahan makanan habis di perjalanan. Situasi ini berdampak pada seluruh penumpang, termasuk anak-anak dan orang sakit.

Gegara dampak terhadap pembangunan infrastruktur itu, kesulitan ini juga dirasakan oleh para kontraktor yang bertanggung jawab atas pembangunan dan perbaikan jalan tersebut.

Salah seorang warga juga menyebutkan kontraktor pelaksana untuk melakukan perbaikan jalan itu sering menghadapi keterlambatan akibat cuaca buruk, sehingga  anggaran operasionalnya-pun membengkak.

Hingga kini, masyarakat perbatasan masih berharap adanya perbaikan infrastruktur yang memadai, agar mereka dapat menikmati kehidupan yang lebih layak, seperti layaknya masyarakat di daerah lainnya di Indonesia.***

Wartawan: Selamat AL

Editor: Suryo


Eksplorasi konten lain dari Teropongkaltara.com

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

More From Author

Gubernur Zainal Paparkan Peluang Investasi Unggulan di Kaltara

Jon Ifung: Pentingnya Ketepatan Waktu Dalam Penyampaian Laporan LKPJ

Tinggalkan Balasan