TeropongKALTARA.com, MALINAU – Bupati Kabupaten Malinau, Provinsi Kalimantan Utara (Kaltara) Wempi W Mawa, mengungkapkan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Tarakan, sebelumnya sudah memberi peringatan (warning) soal fenomena cuaca buruk untuk wilayah Kaltara yang akan terajadi secara merata.
Namun bencana yang terbilang cukup besar itu turun dengan dahsyat. Bencana banjir 22 September 2023 menyisakan puing-puing bangunan yang roboh dan menimbulkan kerugian yang cukup parah bagi warga di sepanjang bantaran sungai yang ada di Kabupaten Malinau, Provinsi Kalimantan Utara (Kaltara).
Seperti permukiman warga Desa Paking di Kecamatan Mentarang Kabupaten Malinau dan warga desa, kecamatan yang ada di Kabupaten Nunukan juga diterjang banjir hebat.
Yang merendam hampir separuh wilayah di Kabupaten Malinau sekitar sepekan lalu itu tepatnya diakibatkan curah hujan yang cukup tinggi, sehingga dua anak sungai yakni Sungai Mentarang dan Sungai Malinau, pada puncaknya di Sungai Sesayap meluap dan menggenangi pemukiman warga hampir diseluruh dataran Kabupaten Malinau dan Nunukan yang sama-sama di berada di wilayah Provinsi Kaltara.
“Oh iya, kalau banjir ini ‘kan, kita tahu penyebab sesamanya. Karena memang curah hujan cukup tinggi pada minggu-minggu akhir ini. Puncaknya itu terjadi pada tanggal 21 September, kata Bupati Malinau Wempi W Mawa, saat ditemui TeropongKALTARA.com di ruang kerjanya, Rabu (27/9/2022) sekitar pukul 12.58 Wita.
Dan, sambung Bupati Wempi, dimana kita ketahui perkiraan cuaca dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Tarakan, telah memprediksi dan sudah memberikan warning (peringatan) secara khusus di wilayah Kalimantan Utara itu merata.
Meluapnya Sungai Mentarang dan Sungai Malinau dari beberapa cabang sungai itu menuju ke Sungai Sesayap, maka terjadilah banjir pada 22 September 2023 lalu.
Sementara, memang Sungai Mentarang mengalirnya air yang turun dari Krayan Kabupaten Nunukan, karena memang berbatasan dengan Kabupaten Nunukan ditambah Sungai Malinau. Ya, juga turun dari Bahau juga naik dan di kawasan Pujungan juga banjir, yang akhirnya bermuaranya ketigian air di Sungai Sesayap.
“Sementara, Sungai Sesayap dimana bermukimlah masyarakat Malinau yang berada di tiga kecamatan yaitu, Kecamatan Malinau Barat, Malinau Utara dan Pemerintah Kota Kabupaten Malinau, dan ini terjadi pada tanggal 22 dan 23 September,” jelas Wempi.
Karena, tambahnya, terjadi lagi luapan sungai yang ada di Bengalun. Nah, sehingga menambah rendaman yang tadinya kita perkirakan dua hari bisa menjadi tiga hari,” jelasnya.
Dalam penanggulangannya, kata Bupati, pemerintah melakukan penanganannya punya sistem dimulai dengan penanganan di tingkat desa, kecamatan sampai pada tingkat kabupaten.
Secara intens, Bupati Wempi mendapat laporan dan memantau perkembangan dari setiap grup yang ada, sehingga perkembangan perkembangan tetap terpantau.
“Apalagi Saya ‘kan berada di Kota Malinau. Jadi, punya pengalamanlah kita dengan kondisi banjir. Karena banjir-banjir ini ‘kan bukan satu kali, sering kali. Apalagi ini ‘kan air permukaan antara sungai. Kalau sudah curah hujan sangat tinggi, otomatis ‘kan kemampuan batang sungai untuk menampung atau mengurai debet air ini kan sangat terbatas,” papar Bupati Wempi.*
Wartawan : Selamat AL
Editor : Surya
Terkait
Eksplorasi konten lain dari Teropong Kaltara
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.